The Bugbug Cultural Calendar is your comprehensive source of information regarding the rich, timeless culture and traditions of Bugbug Village, Karangasem, Bali. As one of the oldest villages in Bali, Bugbug maintains a remarkably strong heritage of customary traditions (adat istiadat). This digital calendar presents the latest schedules for various important activities, ranging from religious ceremonies in the temples (pura), unique village traditions, to cultural festivals. Let's work together to preserve and witness the authentic charm of Bugbug's Bali Mula culture.

Tempat Wisata

gambar wisata

Pantai Bugbug

1x Telah Dilihat

wisata pantai yang sangat menarik

gambar wisata

Bukit Asah

0x Telah Dilihat

Wisata pemandangan laut dan camping

Tentang Kami

Desa Adat Bugbug merupakan salah satu dari desa yang terletak di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali yang memiliki luas wilayah Luas 8,87 km², dengan jumlah penduduk 11.338 pada Tahun 2020. Secara geografis Desa Adat Bugbug terletak di wilayah pesisir pantai serta perbukitan sehingga membuat desa ini memiliki banyak destinasi wisata alam yang menarik. Selain itu Desa Adat Bugbug salah satu desa tertua di Bali yang disebut “Bali Mula” yang artinya asal mula dari pada masyarakat Bali. Oleh karena itu Desa Adat Bugbug masih sangat kental dengan budaya serta tradisi yang unik dan sacral. Hari raya terbesar adalah hari raya Usaba di Pura Gumang yang datang setiap tahun, namun karena biaya terlalu besar maka Usaba Gumang yang besar diadakan setiap 2 tahun sekali.

SELENGKAPNYA

Info Acara

Dapatkan informasi terbaru dan terlengkap seputar beragam acara menarik yang berlangsung di Wisata Desa Bugbug. Mulai dari pertunjukan seni budaya, festival kuliner, hingga kegiatan komunitas yang inspiratif — semua bisa Anda temukan di sini. Temukan acara yang sesuai dengan minat dan jadwal Anda, lengkap dengan detail waktu, lokasi, dan cara ikut serta. Jangan lewatkan momen spesial untuk menikmati suasana berbeda di setiap acara yang kami hadirkan. Jadikan liburan Anda di Desa Bugbug semakin seru dan tak terlupakan dengan bergabung dalam berbagai kegiatan yang penuh kesan.

Gambar Acara

Usaba Pengalapan

ADCcddA

Selengkapnya
Gambar Acara

Tedun Desa

Tedun Bulanan Desa

Selengkapnya

Informasi Tentang Wisata Desa Bugbug

10:04. Jumat, 27 Juni 2025 3x Telah Dilihat

Sejarah Tradisi Tatebahan dari Karangasem, Usir Aura Negatif

Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem termasuk desa terbesar di Kabupaten Karangasem. Kekayaan alamnya sangat melimpah mulai dari pertanian, laut, pegunungan, pariwisata, hingga budaya.

Untuk tradisi, Bugbug memiliki memiliki banyak kesenian dan budaya. Satu di antaranya Tarian Rejang, Sanghyang Bojog, Sanghyang Jaran, Sanghyang Penyalin. Sedangkan tradisi sangat unik dan disakralkan yakni Tatebahan. 

1. Makna Tradisi Tatebahan di Desa Bugbug

 

Tradisi Tatebahan di Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem. 

Kelihan Adat Bugbug, Nyoman Purwa Ngurah Arsana, menjelaskan Tradisi Tatebahan adalah ritual sakral yang dilakukan masyarakat Bugbug setiap tahun. Mengacu dari bahasa, tatebahan berasal dari kata telah yang artinya memukul.

"Sedangkan menurut istilah, tatebahan merupakan prosesi (ritual) saling  memukul menggunakan pelepah pisang di bagian punggung sebanyak tiga kali," kata Jro Nyoman Purwa Ngurah Arsana.

2. Sejarah digelarnya Tradisi Tatebahan

 

Tradisi Tatebahan di Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem.

Tradisi Tatebahan datang dari kehidupan keseharian warga Bugbug yang mayoritas sebagai petani. Zaman dulu, kata Jro Purwa, hasil panen warga sangat melimpah. Tanah yang diberikan leluhurnya sangat subur, dan makmur.

Kesuburan dan kemakmuran ini adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mengucapkan rasa syukur, para leluhur di Bugbug mengelar ritual yang hingga sekarang dijaga, dilestarikan, dan dijalankan secara krama Adat Bugbug.

3. Makna Tradisi Tatebahan di Bugbug

 

Tradisi Tatebahan di Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem. 

Bagi krama Adat Bugbug, Tradisi Tatebahan memiliki makna yang sangat dalam. Prosesi ini merupakan ucapan bentuk syukur setelah berhasil mengelar upacara, dan kegembiraan karena hasil panen di pertanian serta ladang bisa melimpah. Selain ungkapan syukur, kata Jro Purwa, Tradisi Tatebahan juga memiliki makna untuk mengusir aura jahat (negatif) yang memasuki tubuh.